Senin, 27 Februari 2012

Cegah Stroke dengan Buah Jeruk

Riset terbaru menunjukkan, mengonsumsi buah jeruk secara rutin dapat membantu mengurangi risiko stroke. Untuk studi ini, peneliti memusatkan perhatian pada senyawa yang disebut flavanone, yang terdapat dalam buah jeruk.

"Data ini memberikan dukungan yang kuat untuk mengonsumsi lebih banyak buah jeruk sebagai konsumsi harian untuk mengurangi risiko stroke iskemik," kata pemimpin studi Aedin Cassidy, kepala nutrisi dari Norwich Medical School, University of East Anglia, Inggris. 

Ada kemungkinan bahwa flavanone dalam buah jeruk meningkatkan fungsi pembuluh darah atau mengurangi peradangan, yang telah dikaitkan dengan stroke, kata para peneliti.

Cassidy mengatakan, untuk mendapatkan manfaat maksimal dari flavanone, sebaiknya buah-buahan disajikan dalam bentuk jus dan tanpa tambahan gula.

Penelitian ini dipublikasikan secara online pada 23 Februari 2012 dalam journal Stroke, yang risetnya didanai oleh US National Institutes of Health.

Flavanones adalah jenis dari flavonoid yang selama dikenal karena kemampuannya dalam menekan kejadian risiko stroke lebih rendah. Selain buah dan sayuran, flavonoid juga banyak ditemukan dalam anggur merah dan coklat gelap.

Untuk studi ini, para peneliti berfokus pada enam subkelas dari flavonoid, termasuk flavanone.

Dalam risetnya peneliti mengevaluasi data dari U.S. Nurses Health Study selama 14 tahun. Penelitian ini melibatkan hampir 70.000 wanita, yang masing-masing melaporkan asupan makanan mereka setiap empat tahun dan termasuk rincian tentang konsumsi buah dan sayuran. Pada akhir penelitian diketahui bahwa ada sekitar 1.803 kasus stroke yang terjadi. Sekitar setengahnya mengalami stroke iskemik (tersumbatnya saluran pembuluh darah).

Peneliti mengatakan, jumlah asupan flavonoid tidak mengurangi risiko stroke, tetapi asupan flavanone dapat mengurangi risiko stroke. Wanita yang mendapatkan asupan flavanone lebih banyak memiliki risiko 19 persen lebih rendah terkena stroke iskemik ketimbang mereka yang mengonsumsinya dalam jumlah sedikit.

Para peneliti menemukan bahwa 95 persen konsumsi flavanone berasal dari buah jeruk dan jus, terutama jeruk orange dan grapefruit. Peserta yang memakan buah atau jus jeruk paling banyak, risiko stroke berkurang sebanyak 10 persen.

Wanita yang mendapat asupan terendah flavanone rata-rata mengonsumsi sekitar 150 miligram flavonoid per hari atau kurang. Sedangkan mereka yang mendapatkan asupan flavanone dalam jumlah banyak mengonsumsi sekitar 470 miligram sehari.

Cassidy mengungkapkan, sepotong buah jeruk mengandung 45 sampai 50 miligram flavanone.

Temuan juga menunjukkan bahwa mereka yang menjalankan diet tinggi flavonoid cenderung memiliki gaya hidup yang sehat seperti, jarang merokok, lebih sering berolahraga, makan lebih banyak serat, dan sedikit konsumsi kafein dan alkohol.

Peneliti menegaskan bahwa hubungan antara diet tinggi flavanone dan rendahnya risiko stroke tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.

Penelitian tambahan diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara konsumsi flavanon dan risiko stroke, kata para peneliti. Meskipun studi ini hanya meliputi wanita, Cassidy menduga temuan akan berlaku untuk laki-laki. "Studi ini sekarang perlu dilakukan," kata Cassidy.

Gardener Hannah, seorang ahli epidemiologi di University of Miami Miller School of Medicine departemen neurologi, mengatakan penelitian ini menambah informasi kepada kita untuk mengetahui hubungan antara makanan dan risiko stroke.

"Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa semakin besar konsumsi buah dan sayur dikaitkan dengan penurunan risiko stroke," kata Gardener, yang tidak terlibat dalam studi.

"Temuan ini menggarisbawahi pentingnya asupan buah dan sayuran, sekaligus memberikan bukti bahwa buah-buahan khususnya jeruk mungkin penting dalam hal mengurangi risiko stroke," tutupnya.
Baca Selengkapnya..!!

Minggu, 12 Februari 2012

7 Langkah Mudah Redakan Stres

Sibuk dengan perkerjaan kantor, mengurus anak atau pekerjaan rumah adalah hal-hal yang membuat seseorang rentan mengalami stres. Semakin sering Anda berada pada situasi yang tidak nyaman, bukan tidak mungkin hal ini akan memengaruhi kondisi kesehatan Anda.

"Ketika Anda berulang kali mengalami stres, sistem saraf Anda tetap tegang. Bahkan tingkat stres yang kecil dapat membuat Anda merasa kewalahan," kata Dr. Henry Emmons, yang juga penulis The Chemistry of Calm.
Emmons memaparkan, ada 7 (tujuh) tahap untuk membuat seseorang lebih tenang saat harus berhadapan dengan stres, seperti dijelaskan di bawah ini :

1. Kenali tanda-tandanya
Cara terbaik untuk mengelola stres adalah dengan mengenali sedini mungkin gejalanya. Tetapi hal ini sulit untuk dideteksi, karena sinyal yang diperlihatkan tubuh sangat halus. "Orang sering tidak menyadari bahwa stres mempengaruhi kualitas tidur. Anda mungkin bisa tidur selama delapan jam, tapi sulit untuk mendapatkan tidur yang berkualitas, sehingga Anda terus merasa lelah," kata Dr Emmons.

Untuk mendeteksinya, luangkan waktu selama beberapa menit setiap hari untuk memikirkan perubahan kebiasaan atau kesehatan apa saja yang telah terjadi pada diri Anda yang mungkin dipicu akibat kecemasan.

2. Alihkan pikiran
Ketika seseorang merasa tegang atau tertekan, pikiran mereka mungkin akan terus didesak memutar ulang kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.  Emmons menyarankan untuk mengubah fokus perhatian ke tubuh sebagai gantinya. Bagaimana caranya? Carilah tempat yang tenang untuk duduk dan buat pikiran rileks. Kemudian, tarik napas dalam-dalam melalui diafragma, dan menghembuskannya secara perlahan melalui mulut.
Cara ini cukup efektif membantu menenangkan sistem saraf Anda. "Anda bahkan dapat berlatih pernapasan ketika tidak sedang stres, sehingga Anda tahu persis apakah teknik pernafasan dapat menenangkan pikiran Anda," kata Emmons.
3. Aktivitas fisik
Stres menjadi alasan yang cukup sering digunakan banyak orang untuk tidak berolahraga. Padahal dengan melakukan aktivitas fisik, kadar hormon stres dalam tubuh bisa diseimbangkan, kata  Emmons. Lakukan aktivitas olahraga yang Anda Anda sukai, seperti misalnya bersepeda, berenang atau jogging.

4. Ngemil sehat
Ketika stres muncul, manusia umumnya cenderung ingin mengonsumsi makanan ringan atau ngemil. Kudapan manis dapat memicu lonjakan glukosa darah, sehingga membuat Anda merasa lebih gelisah. Untuk camilan yang lebih sehat, Anda bisa menggantinya dengan mencampur stroberi segar ke dalam saus coklat gelap. Kenapa? Karena, stroberi tinggi kandungan vitamin C yang dapat menurunkan stres akibat radikal bebas. Sementara coklat gelap membantu mengurangi hormon stres (seperti kortisol) dalam tubuh. Pilihan lainnya, Anda bisa mengonsumsi wortel atau batang seledri.

5. Telepon teman
Menghabiskan waktu dengan teman-teman membantu tubuh kita memompa keluar hormon oksitosin, sehingga tubuh merasa lebih baik. Luangkan waktu berkumpul secara teratur bersama teman atau sahabat, akan membuat perasaan Anda menjadi lebih baik.

6. Pergi jalan-jalan
Hanya dengan menghirup udara segar dapat meningkatkan pandangan Anda, membantu Anda menangani situasi sulit dengan lebih tenang. Pergi ke sebuah taman dekat rumah dan menghirup wangi bunga cukup untuk membuat pikiran kembali tenang. Penelitian menunjukkan bahwa menghirup aroma tertentu (seperti lavender) dapat membantu mengatur ulang sistem kekebalan tubuh ke tingkat yang normal.

7. Persiapkan diri untuk tidur
Kurang tidur hanya membuat Anda merasa lebih cemas. Untuk mengatasi hal ini, ambil sebuah buku dan pena, lalu tuliskan setiap pikiran negatif yang muncul di kepala Anda, kata Sue Patton Thoele, salah seorang psikoterapis dan penulis buku ternama. Cara ini menurut Patton memang berlawanan dengan intuisi, tapi dengan mencatat sejumlah keluh kesah Anda di atas kertas, cukup dapat membantu mengurangi beban pikiran.

Sumber :
CBSNews
Baca Selengkapnya..!!
 

Copyright 2011 All Rights Reserved | HERBALISTORE Designed by OKEGAN | CSS done by herbalistore